Isu Lingkungan Bikin Eco-Anxiety, Apa Itu? Berikut Cara Mencegahnya
Istilah Eco-anxiety muncul di tengah keresahan masyarakat akan lingkungan hidup. Ramainya isu krisis lingkungan turut mendorong tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, termasuk anak muda. Sayangnya, tak jarang isu ini juga memicu munculnya kesehatan mental, seperti eco-anxiety.
Apa Itu Eco-anxiety?
Melansir situs Yankes Kemenkes, eco-anxiety atau kecemasan lingkungan diartikan sebagai kecemasan berlebih yang berkaitan dengan cuaca ekstrem, bencana alam, penggundulan hutan dan masalah alam lainnya. Rasa cemas ini kemudian memunculkan perasaan tidak berdaya, khawatir kehilangan mata pencaharian, tempat tinggal dan takut akan nasib di masa depan.
Meski belum dikategorikan sebagai gangguan klinis, namun kondisi ini tentunya dapat memicu dampak buruk bagi kesehatan mental jika terus dibiarkan. Untuk itu, penting bagi generasi muda untuk mencegah dengan cara yang tepat. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?
Cara Mengatasi Fenomena Eco-anxiety
1. Diplomasi Lingkungan
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro menyampaikan terdapat beberapa cara dalam mencegah eco-anxiety. Salah satunya dengan belajar diplomasi lingkungan, yakni dengan fokus pada solusi, alih-alih memikirkan hal yang belum terjadi.
"Salah satu ciri dari gen Z adalah kemudahan dalam mendapatkan informasi. Tapi, saking banyaknya informasi, kadang informasi menyebabkan adanya kerisauan. Oleh sebab itu, KLHK membuat resep untuk mengurangi istilahnya climate anxiety atau eco-anxiety. Adapun para generasi muda (perlu) banyak belajar diplomasi lingkungan sehingga mereka bisa take action dan langsung mencari solusi, dan tidak lagi risau memikirkan yang kemungkinan masih jauh di depan," ujar Sigit dalam tayangan detikPagi.
Dalam hal ini, generasi muda bisa mulai melakukan langkah kecil seperti membersihkan sampah atau berkebun, yang tentunya akan berdampak terhadap keberlangsungan lingkungan. Hal ini bisa menjadi salah satu upaya dari ecotherapy.
2. Batasi Informasi
Di era digital saat ini, akses informasi tentu menjadi sangat mudah untuk dicari, termasuk soal isu lingkungan. Namun, Sigit mengatakan generasi muda juga harus membatasi informasi. Menurutnya, informasi memang menjadi hal penting yang perlu dicari, namun akan lebih baik jika fokus pada aksi dan membuat solusi yang dapat membuat bumi menjadi lebih sehat. Selain itu, informasi yang berlebih juga dapat memicu rasa cemas akan isu lingkungan muncul kembali.
3. Tetap Terkoneksi & Saling Edukasi
Untuk mengatasi rasa eco-anxiety, cobalah untuk membentuk sebuah komunitas bersama sekelompok teman yang merasakan hal sama. Kalian dapat melakukan ecotherapy bersama seperti, menggelar aksi bersih-bersih lingkungan atau menanam pohon bersama.
Kalian dapat membentuk suatu komunitas, entah komunitas olahraga, pencinta hewan dan tumbuhan atau pencinta alam, misalnya. Kemudian kalian dapat merencanakan dan melakukan ecotherapy bersama. Jika begitu, kamu dapat bersama-sama dengan mereka untuk dapat bebas membicarakan kecemasan dan ketakutan kalian.
Tak hanya itu, kalian juga dapat mencari orang-orang atau sekelompok orang yang telah melakukan solusi bagi iklim dan lingkungan, seperti komunitas pencinta alam, kelompok pengguna barang bukan sekali pakai, pemanfaatan sampah dan lainnya untuk saling berbagai solusi.
"(Ketiga), stay connected dan educate others. Di KLHK ada Generasi Lingkungan Indonesia (GLI). Mereka dilatih untuk melakukan advokasi kepada masyarakat ,kemudian menjadi pelopor. Kalau di daerah ada kegiatan penanaman pohon, pemulihan lingkungan dan sebagainya," paparnya.
Itulah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi fenomena eco-anxiety. Upaya menjaga keberlangsungan lingkungan memang menjadi tugas bersama-sama. Tahun ini, KLHK kembali mengajak masyarakat untuk lebih memahami tentang isu lingkungan melalui Festival LIKE 2. Acara ini akan digelar di Jakarta Convention Center pada 8-11 Agustus 2024.
0 Komentar